Selasa, 19 Januari 2021

Contoh membuat Langkah-langkah kerajinan

  

kerajinan bisa dibuat menggunakan barang bekas yang ada di sekitar rumah. Barangnya mudah ditemukan dan cara membuat yang simple, banyak orang ingin coba buat.

Kerajinan tangan yang dibuat dari bahan bekas, bisa menghasilkan barang yang lucu dan cantik, sekaligus bisa bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Tanpa mengeluarkan uang yang banyak, namun bisa menciptakan barang yang bisa digunakan dan mempunya nilai tambah, karena terbuat dari bahan-bahan yang diolah kembali.

Ada cara yang mudah untuk membuat berbagai macam kerajinan tangan yang bisa dicoba di rumah dengan mudah dan simple.

Berikut ada beberapa yang mudah dibuat:


1. Vas Bunga

Bahan-bahan:

Gunting atau cutter
Lem kayu
Hiasan manik-manik
Sedotan warna-warni
Kaleng bekas


Cara Membuat:

Langkah pertama, guntinglah sedotan menjadi 3 bagian. Pakai sedotan dengan berbeda warna, lalu gunting dengan bagian atas sedotan yang berbentuk runcing.
Beri lem kayu pada kaleng secara merata dan menyeluruh pada bagian muka, dan potonglah bagian atas kaleng tersebut.
Rekatkanlah sedotan pada kaleng yang sudah diolesi lem, dan tata dengan cara selang-seling warna.
Lalu, rapikan bagian ujung pada sedotan yang melebihi tinggi kaleng tersebut.
Kemudian, tutup dengan manik-manik, dan tunggu sampai benar-benar kering.
Vas bunga siap digunakan.


2. Tempat Tissu

Bahan-bahan:


Koran bekas atau majalah bekas
Gunting
Lakban hitam
Lem kertas

Cara Membuat:


Langkah pertama, gulung-gulung koran bekas sebanyak-banyaknya dengan ukuran yang sama.
Lalu, gulungan dibuat dengan 2 ukuran, yang pertama lebih panjang untuk sisi bawah serta atas kotak dan ukuran yang kedua lebih pendek untuk sisi samping kotak.
Susun gulungan pertama terlebih dahulu membentuk persegi panjang.
Gunakan lem agar tidak mudah lepas, dan buatlah 2 susunan untuk bawah dan atas kotak.
Lubangi sisi atas untuk tempat mengambil tissuenya, dan berikan lakban pada samping lubang.
Susun juga gulungan kedua membentuk persegi panjang serta persegi.
Gunakan lem supaya tidak mudah lepas.
Selanjutnya, gabungkan sisi bawah serta sisi samping memakai lakban, dan gabungkan juga sisi atasnya memakai lakban.
Pastikan semuanya sudah kuat.
Kerajinan tangan dari koran bekas, berbentuk tissue siap dipakai.


3. Tempat Lampu


Bahan-bahan:


Karus bekas
Gunting/pisau
Lem perekat
Lampu lengkap


Cara Membuat:


Langkah pertama, potong kardus berbentuk salib dan gabungkan sampai membentuk balok dengan menggunakan lem perekat.
Potong membentuk sesuatu yang kamu inginkan, agar cahaya lampu dapat keluar dengan indah.
Pasang lampu dan tempat lampu sudah bisa digunakan.

Selasa, 12 Januari 2021

Pengertian Grafika


Grafika atau dalam bahasa Inggrisnya graphics adalah presentasi visual pada suatu permukaan yang bertujuan untuk memberikan informasi atau keindahan. Jadi, pengertian grafika adalah gambar dan teks yang ditampilkan pada bidang datar, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau keindahan.

Pada saat ini, produk grafika telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dalam bentuk poster, buku, iklan, gambar pada kemasan makanan, tanda petunjuk jalan, dan lain-lain. Grafika sudah ada sejak zaman dahulu berupa lukisan gua prasejarah. Di Sulawesi Selatan, Maluku, Kalimantan dan Papua, terdapat lukisan gua prasejarah yang berasal dari ribuan tahun Sebelum Masehi. Lukisan prasejarah ini berupa cap tangan, gambar manusia dan gambar hewan di antaranya babi hutan yang terpanah, babi rusa, anoa, ikan serta benda-benda seperti sampan, kapak dan mata bajak. Lukisan gua prasejarah serupa itu juga terdapat di Perancis Selatan yang dibuat 14.000 Sebelum Masehi dan di Bhumbetka Rock Shelters di India yang dibuat pada awal 7000 Sebelum Masehi.

Dari lukisan gua prasejarah tersebut, dapat diperoleh informasi tentang kegiatan manusia pada masa itu. Teknik yang digunakan berupa torehan langsung, cap dan stensil. Lukisan tersebut juga memanfaatkan warna merah, hitam dan putih yang berasal dari pewarna alam. Artinya, manusia pada masa itu membuat lukisan tidak hanya untuk menyampaikan informasi, tetapi juga untuk menyampaikan nilai estetik dan keindahan.

Grafis berupa lukisan gua prasejarah memberikan informasi atau dapat disebut juga dengan bahasa gambar. Bahasa tulisan yang juga merupakan bagian dari grafika, berkembang di beberapa tempat di dunia diperkirakan pada sekitar 4.000 tahun sebelum masehi.




Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 2.1 Lukisan gua prasejarah berupa cap tangan dan Anoa di Gua Sumpangbita, Sulawesi Selatan.

Perkembangan grafika juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi cetak. Teknologi cetak memungkinkan gambar yang sama dibuat berulang-ulang. Teknologi cetak pada awalnya menggunakan acuan cetak berupa papan kayu yang diukir dan dicetakkan pada permukaan kain dan kertas. Teknik tersebut digunakan di China pada Dinasti Han sekitar 206 Sebelum Masehi hingga 220 Masehi. Artefak sebagai hasil karya tertua yang menggunakan teknologi papan kayu berukir tersebut dikenal dengan nama The Pure Light Dharani Sutra, yang diperkirakan dibuat pada tahun 704 Masehi di Korea. Pada sekitar tahun 1040, Bi Seng di China membuat inovasi berupa acuan cetak yang berupa huruf yang dapat disusun sesuai dengan kalimat yang akan dicetak, yang terbuat dari keramik. Pada abad ke-13 di Korea, muncul inovasi berupa huruf acuan cetak yang terbuat dari logam.






Sumber: http://reinventingknowledge9.blogspot.co.id

Gambar 2.3 Acuan Cetak dari Keramik

Pada tahun 1433, Johannes Guttenberg, seorang pandai besi di Jerman, membuat inovasi berupa penggunaan mekanik untuk menekan acuan cetak terhadap kertas. Teknologi mekanik tekan ulir ini serupa dengan mekanik yang digunakan pada pengolahan hasil pertanian pada masa itu. Mesin cetak Guttenberg juga menggunakan acuan cetak berupa huruf-huruf yang dapat disusun terbuat dari logam serupa dengan yang dikembangkan di Korea pada abad ke-13.

Teknologi pencetakan terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi. Teknologi elektronika dan informatika menjadi dasar dari perkembangan teknik cetak digital yang kita kenal saat ini. Gambar atau grafis dibuat pada komputer dalam format digital lalu dicetak dengan printer. Cetak digital dapat diaplikasikan pada berbagai permukaan seperti kertas, kain, dan keramik. Kualitas hasil cetak digital bervariasi bergantung pada kualitas printer dan permukaan bahan yang dicetak.


Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 2.4 Ilustrasi peristiwa tahun 1473 saat William Caxton memperlihatkan cara penggunaan mesin cetak Guttenberg kepada Raja Edward ke IV dan Ratu.



Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 2.5 Cetak digital dengan acuan cetak berupa gambar dari komputer.

Teknologi grafika menghasilkan produk grafika. Produk grafika terdiri atas teks dan gambar yang tersusun membentuk informasi atau keindahan. Produk grafika dapat berupa karya desain atau karya seni. Baik karya desain maupun karya seni pada umumnya menyampaikan informasi atau pesan sekaligus keindahan. Karya desain grafis dihasilkan oleh profesi desainer grafis, menyampaikan informasi dan pesan dengan jelas. Pada karya desain grafis, teks dan gambar dibuat agar saling menguatkan pesan yang akan disampaikan. Salah satu contoh karya desain grafis misalnya poster kampanye Cinta Lingkungan. Pada poster tersebut, terdapat teks berupa ajakan untuk mencintai lingkungan agar tetap lestari. Gambar pada poster tersebut menggambarkan kondisi lingkungan yang rusak dan kondisi lingkungan yang lestari. Pesan yang disampaikan melalui melalui desain grafis yang memadukan teks singkat dengan gambar lebih efektif dalam menyampaikan pesan. Pada karya seni grafis, pesan yang disampaikan pada umumnya tersirat melalui perumpamaan yang dihadirkan melalui gambar atau teks yang ada pada karya tersebut






Gambar 2.6 Bahan Elemen Produk Grafika dan Luaran Produk Grafika


Sumber: www.antara.com



Gambar 2.7

Karya Seni Grafis pada Pameran Grafis “Indonesia Mengasuh Bangsa” di Museum Nasional








Senin, 05 Oktober 2020

Break Even Point (BEP)

 Pengertian Break Even Point dalam Akuntansi

Break Even Point (BEP) ialah titik impas di mana posisi jumlah pendapatan dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian dalam suatu perusahaan.

Break Even Point ini digunakan untuk menganalisis proyeksi sejauh mana banyaknya jumlah unit yang diproduksi atau sebanyak apa uang yang harus diterima untuk mendapatkan titik impas atau kembali modal

Manfaat BEP.

  1.  Alat perencanaan untuk hasilkan laba

  2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan      memungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

  3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan

  4. Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengertian

Kelemahan Titik Impas

1.    1.     Membutuhkan banyak asumsi
2.      Bersifat statis
3.      Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir
4.      Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik
5.      Kurang mempertimbangkan resiko-resiko dalam masa penjualan

Fungsi Analisis BEP

Rumus BEP/analisis break even point (Analisis balik modal) digunakan untuk menentukan hal-hal seperti:
§  Jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Jumlah penjualan minimum ini berarti juga jumlah produksi minimum yang harus dibuat.
§  Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba yang telah direncanakan atau dapat diartikan bahwa tingkat produksi harus ditetapkan untuk memperoleh laba tersebut.
§  Menentukan jumlah penjualan yang harus harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu

§  Menganalisis perubahan harga jual, harga pokok dan besarnya hasil penjualan atau tingkat produksi. Sehingga analisis terhadap BEP merupakan suatu alat perencanaan penjualan dan sekaligus perencanaan tingkat produksi, agar perusahaan secara minimal tidak mengalami kerugian. Selanjutnya karena harus memperoleh keuntungan berarti perusahaan harus berproduksi di atas BEP-nya (Prawirasentono : 1997).

Jenis Break Event Point (BEP)

1. BEP Unit      : BEP yang dinyatakan dalam jumlah penjualan produk di nilai tertentu.
2. BEP Rupiah : BEP yang dinyatakan dalam jumlah penjualan atau harga penjualan tertentu.

3 Elemen Rumus BEP


Ada 3 elemen dari rumus BEP yang menyusun perhitungan BEP tersebut diantaranya :
1. Fixed Cost (Biaya tetap) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyewa tempat usaha, peralatan, komputer dll. Biaya ini adalah biaya yang tetap kita harus keluarkan walaupun kita hanya menjual 1 unit atau 2 unit, 5 unit, 100 unit atau tidak menjual sama sekali.
2. Variable cost (biaya variable) yaitu biaya yang timbul dari setiap unit penjualan contohnya setiap 1 unit terjual, kita perlu membayar komisi salesman, biaya antar, biaya kantong plastik, biaya nota penjualan, dll.
3. Harga penjualan yaitu harga yang kita tentukan dijual kepada pembeli

Rumus BEP (Break Even Point)

Berikut beberapa model rumus BEP yang dapat digunakan dalam analisis Break Even Point :

1)  Pendekatan Matematis

Rumus BEP yang pertama adalah menghitung  break  even  point  yang  harus  diketahui adalah jumlah total biaya tetap, biaya  variabel  per  unit  atau  total  variabel,  hasil  penjualan total atau harga jual per unit. Rumus  yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Break even point dalam unit.



Keterangan :
 BEP Unit / Rupiah = BEP dalam unit (Q) dan BEP dalam Rupiah (P)
 Biaya Tetap = biaya yang jumlahnya tetap walaupun usaha anda tidak sedang berproduksi.
 Biaya Variable = biaya yang jumlahnya meningkat sejalan peningkatan jumlah produksi seperti bahan baku, bahan baku pembantu, listrik, bahan bakar, dan lain-lain
 Harga per unit = harga jual barang atau jasa perunit yang dihasilkan.
 Biaya Variable per unit = total biaya variable perunit (TVC/Q)
 Margin Kontribusi per unit = harga jual per unit -biaya variable per unit (selisih)

 Break even point dalam rupiah.



Komponen Penghitungan Dasar Break Even Point

Break Even Point memerlukan komponen penghitungan dasar seperti berikut ini:
1.  Fixed Cost. Komponen ini merupakan biaya yang tetap atau konstan jika adanya tindakan produksi atau meskipun perusahaan tidak berproduksi. Contoh biaya ini yaitu biaya tenaga kerja, biaya penyusutan mesin, dll.
2. Variabel Cost. Komponen ini merupakan biaya per unit yang sifatnya dinamis tergantung dari tindakan volume produksinya. Jika produksi yang direncanakan meningkat, berarti variabel cost pasti akan meningkat. Contoh biaya ini yaitu biaya bahan baku, biaya listrik, dll.
3.   Selling Price. Komponen ini adalah harga jual per unit barang atau jasa yang telah diproduksi.

Contoh :

Berikut Contoh Kasus :

Diketahui PT. Gear Second memiliki usaha di bidang alat perkakas martil  dengan data sebagai berikut :
1.      Kapasitas produksi yang mampu dipakai 100.000 unit mesin martil.
2.      Harga jual persatuan diperkirakan Rp. 5000,- unit
3.      Total biaya tetap sebesar Rp. 150.000.000,- dan total biaya variabel sebesar Rp.250.000.000,-
Perincian masing-masing biaya adalah sebagai berikut :
1.      Fixed Cost
Overhead Pabrik         : Rp.  60.000.000,-
Biaya disribusi            :Rp.  65.000.000,-
Biaya administrasi       : Rp.  25.000.000,-
Total FC                       : Rp.150.000.000,-                
2.      Variable Cost
Biaya bahan                : Rp.  70.000.000,-
Biaya tenaga kerja       : Rp.  85.000.000,-
Overhead pabrik          : Rp.  20.000.000,-
Biaya distribusi           : Rp.  45.000.000,-
Biaya administrasi       : Rp.  30.000.000,-
Total VC :                    Rp.250.000.000,-
Penyelesaian untuk mendapatkan BEP dalam unit  maupun rupiah.
Penyelesaian :
Kapasitas produksi            100.000 unit
Harga jual per unit             Rp. 5000,-
Total Penjualan 100.000 unit x Rp 5000,- = Rp. 500.000.000,-


Untuk mencari BEP dalam unit adalah sebagai berikut :

Keterangan : Jadi perusahaan harus menjual 60.000 Unit perkakas martil agar BEP.
Kemudian, mencari BEP dalam rupiah adalah sebagai berikut :

Keterangan : Jadi perusahaan harus mendapatkan omset sebesar Rp. 300.000.000,- agar terjadi BEP.
Untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan :
BEP = Unit BEP x harga jual unit
BEP = 60.000 unit x Rp.5000 = Rp.300.000.000,-

2) Pendekatan Grafik

Kemudian rumus BEP yang kedua yaitu pendekatan  grafik  menggambarkan  hubungan  antara  volume  penjualan  dengan  biaya  yang  dikeluarkan  oleh  perusahaan  serta  laba.  Selain  itu  juga  untuk  mengetahui  biaya  tetap  dan  biaya  variabel  dan  tingkat  kerugian  perusahaan. Asumsi yang  digunakan  dalam  analisis  peulang  pokok  ini  adalah bahwa harga jual, biaya variabel per unit  adalah konstan.
Dari grafik di bawah terlihat bahwa untuk tiap-tiap masing unit penjualan terdapat informasi yang lengkap setiap rupiah penjualan, biaya tetap, biaya variabel, total biaya maupun laba atau rugi. Jadi manajemen dapat melihat jika akan memproduksi sekian unit, akan terlihat seluruh komponen di atas. BEP melalui grafik tampak jelas ditunjukkan baik dari segi unit maupun rupiah yang diperoleh.



Pendekatan grafik dilakukan dengan menggambarkan unsur-unsur biaya dan penghasilan kedalam sebuah gambar grafik. Dalam gambar tersebut akan terlihat garis-garis biaya tetap, biaya total yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel, dan garis penghasilan penjualan. Besarnya volume produksi/penjualan dalam unit digambarkan pada sumbu horizontal (sumbu X) dan besarnya biaya dan penghasilan penjualan digambarkan pada sumbu vertikal (sumbu Y).
Untuk menggambarkan garis biaya tetap dalam grafik break even point dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggambarkan garis biaya tetap secara horizontal sejajar dengan sumbu X, atau dengan menggambarkan garis biaya tetap sejajar dengan garis biaya variabel. Pada cara yang kedua, besarnya contribution margin akan tampak pada gambar break even point tersebut.
Penentuan break even point pada grafik, yaitu pada titik dimana terjadi persilangan antara garis penghasilan penjualan dengan garis biaya total. dan Apabila titik tersebut kita tarik garis lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X akan tampak besarnya break even point dalam unit. dan Kalau titik itu ditarik garus lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan tampak besarnya break even point dalam rupiah.

Daftar Pustaka

1.      Carter, William    2009.  Akuntansi Biaya. Edisi 14. Dialihbahasakan oleh Krista. Jakarta: Salemba Empat
2.      2000. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi. Penerbit EKONISIA, Yogyakarta.
3.      Kuswadi 2005, Akuntansi  Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.
4.      Mulyadi 2001, Akuntansi  Manajemen, EdisiKetiga, Salemba Empat, Jakarta.
5.      1986. Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta.
6.      1990.  Akuntansi  Biaya  dan Analisis Laporan  Keuangan, Andi  Offset.
7.      Hansen 2006, Akuntansi  Manajemen, Buku Kesatu, Salemba Empat, Jakarta.
8.      Kuswadi 2005, Akuntansi  Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.
9.      Matzh, Adolph  1997, Akuntansi  Biaya, Jilid Kedua, PT Erlangga, Jakarta.
10.  Milton, F  1996,  Akuntansi  Biaya,  Jilid Kesatu, PT Erlangga, Jakarta.


http://siuntul.blogspot.com/2017/10/materi-prakarya-bep-lengkap-pengertian.html